Ruteng, Radarflores.com -Pemda Manggarai membangun tembok di depan rumah adat Waso, Kelurahan Waso, Kecamatan Langke Rembong. Pembangunan tersebut dinilai mencederai adat dan budaya Manggarai.

Salah satu tokoh adat Gendang Waso Wihelmus Hiburan Nampi mengisahkan pada proses awal pembangunan, dirinya sudah pernah meminta pihak kontraktor yang mengerjakan agar menghentikan pengerjaan proyek pembangunan tembok tersebut.

Tidak hanya itu, kata dia, tokoh adat Gendang Waso juga pernah menyampaikan hal yang sama kepada pihak kelurahan. Namun pihak kelurahan mengaku tidak tahu dengan program itu.

Wihelmus mengatakan, langkah yang diambil oleh tokoh masyarakat yang meminta untuk menghentikan pembangunan kala itu berdasarkan hasil kesepakatan bersama lima tokoh adat yang ada di Gendang Waso.

Para tokoh adat bersepakat bahwa pembangunan yang berlangsung tidak menghargai warisan budaya orang Manggarai dan khususnya para leluhur orang Waso pada umumnya karena membelakangi rumah gendang dan juga membelakangi 'compang' yang merupakan tempat penghormatan paling sakral dan penyimpanan sesajen bagi para leluhur gendang Waso.

Mirisnya, pihak kontraktor kala itu malah tidak mengindahkan permintaan tokoh adat dan justru melanjutkan pembangunan tersebut meski sudah pernah sudah mengaku keliru dengan pembangunan tersebut. 

"Pada saat proses pembuatan, kami sempat menyampaikan protes ke pihak yang mengerjakan pembangunan ini. Kami sampaikan aksi protes ke kontraktor dan ke pihak kelurahan. Waktu itu lurah menyampaikan bahwa dia tidak tahu dan kontraktor menyampaikan bahwa ia keliru," kata Wihelmus kepada sejumlah media di Ruteng, Jumat (15/12/2023).

Wihelmus juga menyampaikan aksi protes dan penolakan kepada kontraktor dan lurah, tokoh adat telah mendatangi langsung Wakil Bupati Manggarai, Heribertus Ngabut.

Wakil Bupati Heri, kata dia, sepakat dengan pihak tokoh adat Gendang Waso dan mendorong mereka agar mengkomunikasikan baik dengan pihak pelaksana proyek.

Bahkan, Wabup Heri kala itu juga mendorong masyarakat agar melakukan aksi pembongkaran manakala pihak-pihak yang bertanggung jawab tidak mengindahkan permintaan masyarakat di Gendang Waso.

"Pembangunan ini sudah dimulai pada bulan Oktober tahun 2023. Sebelum pembangunan ini dikerjakan, tidak ada diskusi sama sekali dengan tokoh adat dan masyarakat. Pembangunan ini bahkan tidak berdasarkan usulan kami. Kami kaget tiba-tiba ada pembangunan dan kami tidak tahu siapa yang terima," bebernya.

"Pada intinya kami tidak menolak pembangunan tetapi yang kami tolak adalah pembangunan yang membelakangi rumah gendang dan juga 'compang'. Sudah di ultimatum untuk tidak melanjutkan program ini tapi nyatanya masih dilanjutkan. Itulah yang membuat kami kecewa dan melakukan aksi pembongkaran," lanjutnya.

Sementara itu, Camat Langke Rembong Yohanes Emiliano Alexander Ndahur malah membantah tuduhan tokoh adat Gendang Waso yang pernah menemui dirinya untuk menghentikan pembangunan tersebut. Bahkan Yohanes sangat kesal dengan perbuatan yang dilakukan oleh sekelompok tokoh adat itu.

“Prihatin dan menyayangkan peristiwa seperti ini terjadi dan menjadi pembelajaran untuk kita semua di waktu yang akan datang,” jelasnya kepada Radarflores.com lewat pesan  WhatsApp, pada Sabtu (16/12/2023) malam.

Ia mengaku pernah menemui tokoh adat di Waso setelah pekerjaan selesai, yang meminta untuk membongkar beberapa bagian dari pembangunan tersebut.
 

Penulis: Isno Baco